William Tell, garapan sutradara Nick Hamm, menghidupkan kembali legenda rakyat Swiss dengan balutan aksi, drama, dan latar sejarah yang megah. Berlatar abad ke-14, di tengah perebutan kekuasaan di dalam Kekaisaran Romawi Suci, film ini menyoroti invasi Kekaisaran Austria ke Swiss—sebuah negeri pegunungan yang tenteram namun rentan. Di tengah tekanan pajak yang mencekik dan kekuasaan yang sewenang-wenang, rakyat mulai memberontak. Di sinilah muncul William Tell, seorang pemburu dan veteran Perang Salib, yang selama ini hidup damai bersama istrinya, Suna, dan anak angkatnya, Walter. Ketika penindasan semakin kejam, Tell tak punya pilihan selain mengangkat senjata demi melindungi keluarganya dan tanah airnya. Penguasa Austria, Raja Albert, memerintah dengan tangan besi melalui Gessler, seorang gubernur muda yang kejam. Salah satu momen paling mencekam terjadi ketika Gessler memaksa Tell menembak apel yang diletakkan di atas kepala anaknya—ujian yang menjadi simbol keberanian sekaligus pemicu perlawanan terbuka rakyat Swiss. Selain kisah pribadi Tell, film ini juga memotret dilema tokoh lain, seperti Rudenz, bangsawan muda yang terombang-ambing antara kesetiaan pada Austria dan cintanya kepada Bertha, keponakan Raja yang justru mendukung pemberontakan. Konflik ini menambah lapisan intrik di tengah perang yang berkecamuk. Pertarungan yang tersaji brutal dan realistis: duel jarak dekat, pertempuran di medan terbuka, hingga penembakan panah yang mematikan. Latar pegunungan Alpen dan desa-desa abad pertengahan dibangun dengan detail, menghadirkan nuansa otentik yang menghidupkan suasana. Pada klimaksnya, rakyat Swiss bersatu dalam pemberontakan besar. Gessler tewas, namun kemenangan mereka dibayar mahal oleh pengkhianatan dan korban jiwa di pihak sendiri. Film ini menutup kisah dengan nada getir, menyiratkan bahwa kebebasan selalu datang dengan harga yang mahal. William Tell (2025) menghadirkan perpaduan kisah kepahlawanan, drama keluarga, dan intrik politik, dibungkus dalam skala epik yang memikat. Ini bukan sekadar cerita tentang seorang pemanah legendaris, tetapi juga tentang keberanian mempertahankan kehormatan di tengah tirani.