Tim dan Olivia adalah pasangan muda biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari di sebuah apartemen modern yang tampak biasa—hingga suatu pagi yang sunyi, segalanya berubah secara drastis. Tanpa peringatan, tembok bata aneh mulai muncul dari balik jendela, pintu masuk, bahkan ventilasi. Dalam hitungan jam, seluruh gedung tempat mereka tinggal terkepung dalam struktur bata tebal yang tak bisa dihancurkan, tak bisa ditembus, dan tampaknya... tak berasal dari dunia ini. Panik segera menyebar di antara para penghuni apartemen. Koneksi ke dunia luar terputus. Tidak ada sinyal, tidak ada listrik, dan yang paling mencurigakan: tidak ada suara dari luar, seolah dunia di luar dinding itu telah menghilang. Saat ketegangan meningkat, para tetangga—yang tadinya hanya saling menyapa di lift—dipaksa untuk bekerja sama, saling mencurigai, dan menghadapi ketakutan terdalam mereka. Namun saat mereka mencoba memahami apa yang sedang terjadi, mereka mulai menyadari bahwa tembok tersebut bukan sekadar penghalang fisik… tapi semacam entitas yang hidup—yang mengamati mereka, menguji mereka, dan menyesuaikan diri dengan setiap keputusan yang mereka buat. Bersama Olivia yang rasional dan Tim yang skeptis, kelompok penghuni apartemen harus menghadapi misteri mengerikan ini. Mereka menyelidiki simbol-simbol tersembunyi, suara samar dari dinding, dan perubahan aneh dalam perilaku penghuni yang mulai bertingkah tak masuk akal. Setiap langkah yang salah bisa memicu “reaksi” dari dinding itu—dan tidak semua penghuni siap untuk menghadapi konsekuensinya. Brick adalah kisah claustrophobic yang menegangkan, memadukan unsur fiksi ilmiah psikologis, thriller eksistensial, dan horor ruang tertutup. Film ini menggali rasa takut paling dasar manusia: terjebak… dan tidak tahu kenapa.